D. Manurung: Arif Puyono Cari Sensasi, Mengerti Apa Tentang LRT Palembang?

 

Detikkasus.com | JAKARTA – , Arief Puyono mengerti apa Tentang Proyek LRT Palembang? Pertanyaan ini yang pertama saya lontarkan kepada seorang Arif Puyono yang mengaku dirinya sebagai Ketua Umum FSP BUMN Bersatu terkait pernyataannya di salah media yang menuding Pemerintah telah berbohong dalam Proyek LRT Palembang, Kamis (28/06) lalu yang berjudul “Jangan Bohongi rakyat, LRT Palembang dan LRT Kuala Lumpur Bukan Sebanding”, ujar pengamat politik muda D.Manurung kepada awak media melalu pesan rilisnya, Jumat (29/06/2018)

Selanjutnya, Manurung mengatakan bahwa Arif Puyono adalah tipe manusia pencari sensasi, agar mereka diperhatikan dan dikenal oleh masyarakat sekitar. Melakukan hal yang aneh-aneh hanya demi popularitas atau hormat sesaat adalah kebiasaan yang membuat banyak orang ilfil. Lebih baik sebuah batu besar diikatkan ke leher anda, kemudian anda di lempar ke dalam laut, sindir Manurung.

Sebelum dilanjut, Manurung mengatakan bahwa daftar manusia pencari sensasi seperti halnya Arif Puyono dapat dikategorikan seperti Artis, Media yang Ditunggangi, Marketing, Politikus Kacangan, Preman, Seseorang yang Kurang Diperhatikan, Seseorang yang Kurang Kerjaan, Seseorang yang Ingin Dihormati, Sayang Tidak Kesampaian alias Orang SOmbong, dan Seseorang yang sedang tidak puas menjalani hidup, papar D.Manurung.

Sebelumnya Menteri Perhubungan Budi Karya telah menjawab tudingan miring Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terkait pembengkakan dana proyek kereta api ringan (LRT) senilai jutaan dolar. Sekarang, giliran Arif Puyono yang ikutan mencari sensasi dengan menuding pemerintah telah membohongi rakyat.

Usulan pembiayaan untuk proyek LRT ini oleh kontraktor awalnya diajukan sebesar Rp12 triliun, namun setelah melalui beberapa tahapan peninjauan ulang biaya tersebut dapat ditekan menjadi Rp10,9 triliun dibandingkan Proyek LRT Palembang dengan Sistem transit kereta ringan Kuching, menggunakan kereta api bertenaga hidrogen, diperkirakan menelan biaya RM11 miliar dan beroperasi pada tahun 2024.

Baca Juga:  OMBUDSMAN JATENG TEMUKAN BLANGKO SIM DI POLRESTABES SEMARANG KOSONG

Dalam pelaksanaan pembangunannya, PT. Waskita Karya (Persero) dibantu oleh konsultan pengawas (supervisi) yang berkualifikasi internasional yakni SMEC Internasional asal Australia. Perusahaan tersebut telah mempunyai pengalaman yang cukup luas di beberapa negara di kawasan Asia, Australia, dan Afrika, Eropa, serta Amerika.

Pembangunan LRT Sumatera Selatan merupakan amanah dari Perpres Nomor 116 Tahun 2015 dan Perpres 55 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan, yang menugaskan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, sebagai pelaksana Pembangunan Prasarana Kereta Api Ringan/LRT di Sumatera Selatan serta PT.KAI (Persero) sebagai operator LRT Sumatera Selatan.

Pekerjaan pembangunan LRT Sumsel sepanjang sekitar 23 kilometer dilengkapi dengan 13 stasiun, satu depo dan sembilan gardu listrik dengan menggunakan lebar jalur rel 1067 milimeter dan “third rail electricity” 750 VDC telah dimulai sejak Oktober tahun 2015 dengan pembiayaan APBN.

LRT Sumsel ini akan menghubungkan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin menuju kawasan Kota Olahraga Jakabaring. Selain digunakan sebagai sarana transportasi yang dapat mengurangi beban jalan raya dan penggunaan kendaraan pribadi, juga akan digunakan sebagai lokasi untuk perhelatan Asian Games tahun 2018.

Disamping itu, Manurung juga menjelaskan bahwa garis penyebaran kota Palembang akan menjadi “sistem trend yang dapat lebih baik menavigasi jalan-jalan perkotaan, memiliki lebih sedikit pemberhentian, dan terintegrasi dengan baik dengan konsep lanskap perkotaan yang dilalui pejalan kaki”.

Baca Juga:  Bhabikamtibmas Kampung Bugis Bersama Babinsa Amankan Lomba Panjat Pinang Di Kelurahan Kampung Bugis

D.Manurung menyampaikan berdasarkan pada studi Transportasi Urban Palembang, LRT akan memangkas waktu perjalanan dari daerah-daerah utama yang dikembangkan di dalam distrik kota ke pusat. Dia mengatakan proyek ini juga diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan setelah beroperasi penuh.

“LRT akan mewujudkan mobilitas yang efisien, menciptakan peluang ekonomi, memungkinkan perdagangan, dan memfasilitasi akses ke pasar dan layanan.

“Pada saat yang sama, itu akan membantu mengubah Palembang menjadi kota yang lebih dinamis dan kompetitif, dan menciptakan lebih banyak pekerjaan.”

Dia juga mengatakan LRT akan menghubungkan kawasan perumahan dan industri padat, bisnis, hotspot pariwisata dan pembangunan berorientasi transit baru/Transit Oriented Development (TOD), yang akan mendorong pembangunan ekonomi Palembang.

Menurut Manurung, Persoalan tersebut yang mendorong Pemerintah untuk mengembangkan konsep kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD), TOD merupakan area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.

Dengan konsep kawasan berorientasi transit, Pemerintah telah mendorong sejumlah keuntungan bagi masyarakat, yaitu:

1. Mengurangi penggunaan kendaraan, kemacetan jalan, dan polusi udara;
2. Pembangunan yang mendukung berjalan kaki serta gaya hidup sehat dan aktif;
3. Meningkatkan akses terhadap kesempatan kerja dan ekonomi;
4. Berpotensi menciptakan nilai tambah melalui peningkatan nilai properti;
5. Meningkatkan jumlah penumpang transit dan keuntungan dari penjualan tiket;
6. Menambah pilihan moda pergerakan kawasan perkotaan.
7. Dalam mengembangkan perencanaan TOD, PT MRT Jakarta menggunakan delapan prinsip, yaitu:

Baca Juga:  Danrem 071/Wijayakusuma Himbau Anggota Persit Jaga Keharmonisan Keluarga

* Fungsi campuran (pengembangan fungsi campuran dalam radius tempuh jalan kaki dari setiap stasiun, yaitu fungsi komersial, perkantoran, kelembagaan, hunian, dan fasilitas umum) ;
* Kepadatan tinggi (memaksimalkan kepadatan dan keaktifan di sekitar stasiun transit) yang sesuai dengan daya dukung kawasannya;
* Peningkatan kualitas konektivitas (koneksi sederhana, langsung, dan intuitif yang mendukung mobilitas penggunan menuju, dari, dan di antara stasiun yang bebas kendaraan bermotor dan memiliki sistem penanda yang jelas menuju stasiun dalam kawasan pengembangan);
* Peningkatan kualitas hidup (pengalaman ruang yang menarik, aman, dan nyaman yang menunjang kebutuhan harian penumpang, pejalan kaki, pekerja, penghuni, dan pengunjung melalui jalan, plaza, ruang terbuka yang dapat memberi kontribusi positif kepada identitas dan karakter kawasan transit terpadu);
* Keadilan sosial (memampukan komunitas baru yang dapat bertahan dan sukses dalam jangka waktu panjang dengan membuka kesempatan pekerjaan dan hunian untuk semua kalangan sosial ekonomi, mempertahankan komunitas dan jaringan sosial yang ada di daerah pengembangan, dan menyediakan infrastruktur sosial untuk mendukung identitas dan hubungan komunitas yang lebih kuat);
* Keberlanjutan lingkungan (mengurangi dampak buruk pembangunan terhadap lingkungan dengan desain yang ramah lingkungan, penurunan jejak karbon sebagai dampak dari optimalisasi jalan kaki dan bersepeda, pembaruan air dan energi, menjaga ekosistem alam dan kota, serta pengolahan limbah untuk sumber daya baru);
* Ketahanan infrastruktur (merancang kota yang dapat bertahan dari bencana besar dan dampak perubahan iklim); dan
Pembaruan ekonomi (pengembangan ekonomi lokal yang dapat menarik investasi dan peluang kerja baru).

(D.MAN/EXN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *