Detikkasus.com | JAKARTA, Perang melawan radikalisme dan terorisme memang tidak pernah ada habisnya. Satu persatu pelaku ditangkap, tapi satu persatu pula muncul generasi baru. Meski para pelaku sudah dipenjara, tapi ideologi radikalisme tak bisa dipenjara, karena terus menyebar kedalam pemikiran generasi muda kita. Kemajuan teknologi telah dimanfaatkan kelompok radikal, untuk menyebarluaskan pemahamannya yang salah
Pertemuan yang digagas 1.000 Aktivis ’98 melawan Radikalisme dan Terorisme menjadi salah satu perhatian dan akan berlangsung pada hari Selasa (29/5/2018) di Ballroom Puri Agung Sahid Jaya Hotel banyak Jalan Jenderal Sudirman Kav. 86, Jakarta Pusat. Pesan berantai diterima oleh awak media pers disetujui oleh berapa organisasi dan puluhan individu pengundang.
Salah satu Tokoh Aktivis ’98, Aznil (Ketum DERAP 98 Merdeka Seratus Persen) membenarkan adanya pertemuan tersebut.
“Dua puluh tahun perjalanan Reformasi menimbulkan spirit baru para kalangan aktivis ’98 untuk berkumpul dan menyusun kekuatan kembali menyelamatkan bangsa dan negara ini” ujarnya saat dihubungi wartawan, Minggu (27/5/2018).
Aznil mengatakan, Aktivis ’98 sudah saatnya turun gunung berperan besar melawan radikalisme dan terorisme. Pancasila dan NKRI sudah final sebagai komitmen anak bangsa Indonesia yang tidak boleh dilanggar.
“Demokrasi yang kami perjuangkan bukanlah tempat menyebarkan faham-faham teroris dan radikalisme yang anti Pancasila dan kebhinnekaan. Segala bentuk terorisme dan radikalisme harus diakhiri sampai ke biangnya oleh anak bangsa Indonesia” tegas Aznil.
Baca Juga: https://jejak-kasus.com/1000-aktivis-98-melawan-terorisme-dan-radikalisme-manurung-buatlah-karya-nyata-yang-bermanfaat/
Senada dengan Sayed Junaidi Rizaldi alias Pak Cik dari aktivis 98 dari Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) menyatakan pertemuan seribu Aktivis ’98 buka puasa bersama sebagai konsolidasi menuju rembug nasional.
“Ini langkah maju dari pertemuan-pertemuan sebelumnya untuk rembug nasional Aktivis 98 nanti” jelas dia.
Lebih lanjut Pak Cik menjelaskan radikalisme dan terorisme merupakan musuh bersama semua umat manusia dan agama apapun.
“Terorisme dan radikalisme adalah common enemy menyatukan aktivis 98 untuk berkumpul kembali sebagaimana waktu duapuluh tahun yang lalu merobohkan rejim Orde Baru” pungkasnya.
Disamping itu, Aktivis Jurnalis D.Manurung ikut angkat bicara terhadap perang melawan Terorisme dan Radikalisme, di era yang serba modern ini, diperlukan strategi yang efektif, untuk melawan radikalisme dan terorisme. Jadilah generasi yang menjadi agen perubahan dan penyeru kebenaran.
Aktualisasikan diri kalian dengan pemahaman agama yang benar, yang berdiri pada posisi menolak radikalisme. Jika pada diri kalian sudah tidak persoalan, saatnya menjadi agen perubahan, minimal pada keluarga dan lingkungan. Jika pemuda bisa melakukan hal ini, secara tidak langsung sudah aktif mendukung program deradikalisasi pemerintah. Dan untuk melengkapi semua itu, pemuda juga harus menjadi penyeru kebenaran, jangan menjadi penyeru kebencian. Dengan menyeru pada kebenaran, masyarakat akan tidak mudah terpengaruh informasi yang menyesatkan, kata Manurung.
Jika melihat fakta yang ada, generasi muda memang menjadi sasaran empuk kelompok radikal dan teroris. Anak muda yang memiliki keberanian dan masih menjalani proses pencarian jati diri, akan mudah dijadikan korban jika tidak membekali diri dengan pemahaman agama yang benar dan kecerdasan. Karena itulah, menjadi generasi yang kreatif dan inovatif, merupakan salah satu cara menjauhkan diri dari praktek intoleran. Di era teknologi seperti sekarang ini, buatlah aplikasi yang digemari oleh anak muda lain. Buatlah aplikasi atau karya yang bermanfaat, yang bisa menyebarkan bibit perdamaian.
Karena memang begitulah negeri kita, Indonesia. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Dan generasi muda, merupakan tonggak pemersatu keberagaman negeri ini. Meski sekarang tidak ada lagi perang seperti jaman kemerdekaan, tapi perang yang terjadi adalah perang pemikiran. Maka jadilah generasi yang cerdas, agar tidak kalah perang dalam hal pemikiran, sebut D.Manurung mengakhiri. (**)