Arifudin
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMat NTB)
Detikkasus.com | Sudah 73 tahun indonesia lahir dan muncul di permukaan, berbagai dinamika, insiden Korupsi Kolusi dan nepotisme (KKN)dll. Terus laten dinegara indonesia. Dari rezim orde Lama, orde Baru, sampai reformasi korupsi masih laten dinegara yang konon katanya negara besar ke 4 dan negara yang besar demokrasi ke 3.
Ini Keadaan bangsa dan negara saat ini semakin terpuruk. Sumber-sumber Ekonomi hanya dikuasai oleh segelintir orang, politik diatur oleh oligarki yang setiap saat menjadi petaka bagi Indonesia.
Dalam konteks itu, kita sebagai generasi muda harus terus melakukan kerja politik pengorganisasian, dalam rangka menyolidkan barisan aktivis millenial, karena porsi kekuatan gerakan aktivis Indonesia saat ini bertumpuh pada kekuatan kaum millenial.
Generasi aktivis angkatan 2000 (dua ribu) sampai angkatan 2018, adalah generasi millenial yang memiliki karakter tersendiri yang sangat berbeda dengan aktivis pendahulunya (98). Karena bangunan dasar dengan segala formasi yang terdapat didalamnya menyisakkan berbagai harapan, kemungkinan dan peluang untuk membangun bangsa yang lebih beradab. Bangsa dimana harapan-harapan menjadi suatu bentuk optimisme, perangkat imajinasi, dan dengan imajinasi itulah kita bergerak melakukan perubahan sosial dibawah rezim yang mengeksploitatif kekayaan negara.
Pada hari kelahiran indonesia yang ke-73 ini kita sebagai pemuda harus memiliki jejaring yang cukup kuat. Jejaring-jejaring ini merupakan aset bagi generasi mudah millenial untuk melakukan perubahan sosial.
Tanpa jejaring suatu gerakan akan terpatahkan kekuatannya, karena hanya jejaringlah yang menentukan sukses atau tidaknya suatu gerakan sosial. Bangunan dasarnya adalah menciptakan nalar kolektif di tubuh organisasi dan dari tubuh organisasi maka pemuda mengembangkan sayap pada kekuatan yang lebih besar diluar.
Apabila konsep dasr jejaring dalam gerakan sosial memerlukan kekuatan yang lebih besar, langkah yang harus dibangun adalah membangun kesadaran komunitas, kesadaran bangsa, kesadaran umat dan kesadaran masyarakat, generasi sebagai suatu kolektivitas, bukan sebagai suatu elemen partikular dari kolektivitas.
Pada tanggal 17 agustus sekarang mulailah kita sadar diri, bahwa eksistensi bangsa indonesia mengalami pasang surut yang luarbiasa. Omong kosong indonesia kerja nayat. Tapi yang terlihat di hadapan kita indonesia kerja nyesal. Ini yang menyababkan kita risau melihat kinerja-kinerja pemerintah selama ini. Tentu kita sebagai pemuda harus mengambil perang penting untuk merestorasi bangsa kita tercinta ini dengan spirit kolektif. semoga***
Wadukopa, 17 agustus 2018